BERITAKINI talentafmnews.com Lombok Tengah – Festival Bau Nyale 2021, dilaksanakan dengan cara-cara seperti pelaksaan zaman dahulu kala. Tanpa ceremonial dan tanpa pagelaran hiburan spektakuler.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lombok Tengah, Lalu Taufik Guna Wardana pada rabu 6/1/2021 ditemui di ruang kerjanya menyampaikan, pemerihtah akan menyerahkan pelaksanaan Bau Nyale 2021 ke masyarakat.
“Ini karena masa pandemi covid-19 yang masih berlangsung. Pelaksanaan Bau Nyale kita kembalikan ke masyarakat sekitar,”katanya.
Keputusan itu lanjut Kabid, diambil setelah pihaknya melakukan rapat pada hari itu dengan sejumlah pihak terkait. Diantaranya Satgas Penanggulangan Covid-19 Lombok Tehgah, pihak TNI dan Polri, sejumlah tokoh masyarakat dan lembaga lainya.
Walau dibahasakan pelaksanaan Bau Nyale 2021 dilepas ke masyarakat, namun tidak berarti pemerintah daerah lepas tangan. Masyarakat yang akan melakukan Bau Nyale dan akan melakukan ritual tradisional terbatas akan dibantu.
“Mungkin nanti Bau Nyale tidak dilaksanakan di satu titik. Bisa di Pantai Aan, Seger, Kute, Areguling dan atau di Pantai Selong Belanak misalnya, panitia dimasing-masing lokasi itu bisa menyapaikan proposal nanti dibantu sesuai dengan kemampuan yang ada,”jelasnya.
Intinya tandas Lalu Taufik Guna Wardana, pelaksanaan Bau Nyale 2021 dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak terjadi kerumunan massa yang sangat besar seperti pada pelaksanaan disituasi normal.
“Maka begitu juga Sangkep Warige, tidak akan kita laksanakan secara resmi oleh pemerintah. Biarlah nanti masyarakat melaksanakn Sangkep Warige datangnya Nyale ditempatnya masing-masing dan melaksanakan Bau Nyale juga dengan warga sekitar,”terangnya.
Sementara itu ditempat yang sama, salah seorang Budayawan asal Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Mamiq Budiman menyatakan, dilepasnya pelaksanaan Bau Nyale pada 2021 ini tidak mengurangi kesakralan Bau Nyale itu sendiri.
“Justeru pelaksanaan akan kembali diwarnai dengan kekentalan budaya yang telah lama dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek moyang kita. Keindahan dan kesakralanya akan semakin terasa,”katanya.
Kesakralan Bau Nyale jelas Mamiq Budiman, terletak pada janji Putri Mandalika yang akan menemui rakyatnya kembali di Pantai Seger setelah ia rela menceburkan diri ke Laut Selatan untuk menghindari terjadinya perang saudara.
“Nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, yang menepati janjinya untuk menemui rakyatnya setelah ia rela menceburkan diri ke laut. Jadi Nyale itu tidak perlu dipanggil panggil agar datang. Ia yang akan datang sendiri sesuai waktunya,”tuturnya.
Mamiq Budiman tidak mempermasalahkan bila nanti, akses ke pantai-pantai lokasi adanya ritual Bau Nyale dibatasi. Selain itu, hal tersebut tak lain maksudnya adalah mulia untuk mencegah penularan covid-19.
“Kami selaku perwakilan tokoh masyarakat juga menghimbau dari sekarang agar seluruh masyarakat yang akan Bau Nyale nanti, untuk senantiasa dengan prokes covid-19. Kalau biasanya cuma bawa jaring, bosang dan lampu, maka besok ditambah lagi dengan memakai masker dan membawa handsanitizer. Selain itu, saat turun ke pantai Bau Nyale, selalu jaga jarak,”pesanya.