BERITAKINI talentafmnews.com – Dewi Pujut Putri Arerien, mahasiswi asal Lombok Tengah yang terjebak di Wuhan China, menyambung hidup dengan makan sekali sehari. Itu dilakukan karena stok makanan semakin menipis paska Kota Wuhan dikarantina oleh pemerintah setempat karena virus mematikan Corona.
Melalui WA, dari Wuhan China, Puput sapaan akrab salah satu finalis Duta Lingkungan Lombok Tengah tahun 2017 ini, pada Senin 27/1/2020 menuturkan, masih dalam kondisi sehat wal-afiat. Namun ia mulai khawatirkan stok makananya mulai menipis.
“Sebelum kota Wuhan dinyatakan diisolasi, saya sempat membeli persediaan makanan untuk sekitar satu hingga dua minggu kedepan. Dan sekarang semakin menipis, saya takut keluar karena kehabisan stok masker,”katanya.
Dari pihak pemerintah Indonesia yang ada di Wuhan melalui kampus, dirinya dijanjikan untuk dicarikan jalan terbaik agar bisa dipulangkan. Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda dirinya akan dipulangkan.
“Karena itulah harpan terbesarnya saya saat ini yakni kembali bisa berkumpul dengan keluarga di Lombok,”imbuhnya.
Lebih lanjut Puput menuturkan, ia kuliah di China University of Geosciences yang berada di Kota Wuhan, Provinsi Hubei China. Disana ia tinggal di Dorm yang telah disediakan bagi international student oleh pihak universitas.
Sementara itu, orang tua Puput, Rauhun 46 warga Dusun Tolot Tolot Desa Gapura Kecamatan Pujut Lombok Tengah NTB ditemui dikediamanya mengatakan, atas nama pribadi dan keluarga minta doa dan saranya tentang apa yang harus ia lakukan saat ini untuk putrinya yang terjebak di Wuhan.
“Ananda kami Puput dan satu orang temannya asal mataram yang sedang menimba Ilmu di Wuhan saat ini terjebak disana. Karena kota tersebut di isolasi,”katanya.
Seperti diceritakan putrinya, situasi kota itu lanjut Rauhun sangat mencemaskan. Putrinya banyak bercerita kalau dia berdiam diri di kamar dan tidak berani keluar.
Sementara stok makanan dan masker begitu sulit didapatkan. Setelah enggan bercerita, putrinya akhirnya mengaku kalau dia makan sekali sehari untuk menjaga stok makananya bisa lebih lama.
“Kalau pun keluar resikonya sangat berbahaya. Sementara pemerintah Indonesia sampai saat ini belum ada tanda-tanda untuk evakuasi warganya. Situasi ini membuat kami tidak tenang dan resah,”lirihnya.
Hingga saat ini kata Rauhun, dirinya setiap 3 jam sekali selalu menghubungi putrinya yang juga Alumni SMAN 1 Praya tersebut. Putrinya itu sudah sekitar 6 bulan tinggal di Wuhan China untuk kuliah disana, sebelum kota itu dinyatakan di Karantina. (tim)