BERITAKINI talentafmnews.com – Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Provinsi NTB pada Senin 8/4/2019 gelar kegiatan refleksi dan penyusunan Modul Belajar Rumah Pintar di Hotel Puri Indah Mataram.
Sekretaris Wilayah KPI NTB, Selly Sembiring dalam sambutanya pada saat ceremonial pembukaan kegiatan tersebut menyampaikan, Kegiatan rumah pintar tersebut kerjasama KPI NTB dan PT. HM. Sampoerna di 8 desa di Lotim dan Loteng.

“Target kita 2800 orang anak namun realisasinya mencapai 3.406 org anak. Keberhasilan ini mendorong Pemdes menandatangani Pakta Integritas yang isinya akan menganggarkan dana desa untuk keberlanjutan rumah pintar ini,”katanya.
Keberlanjutan Rumah Pintar tersebut lanjut Selly Sembiring, perlu di dukung dengan materi dan metode belajar yang inovatif dan kreatif. Perlu Modul bahas inggris dengan muatan materi hak-hak anak, wawasan kebangsaan, lingkungan, sehingga kecerdasan anak tidak hanya pada tataran ilmu terapan dan ketrampila tetapi juga pengetahuan tentang hak anak.
Selly Sembiring menerangkan, Rumah Pintar adalah rumah yang menyediakan fasilitas bagi anak-anak untuk belajar seperti belajar Komputer, Bahasa Inggris, Matematika, Menari, Mengaji, Karate, Sepak Bola, Bulu Tangkis, Catur. Dimana anak-anak dapat memilih apa yang dipelajarinya sesuai minat atau bakatnya.
“Selain itu di Rumah Pintar juga menyediakan sarana bermain anak seperti ayunan, perosotan, hulahop, congklak dll. Semua itu bertujuan untuk menyediakan ruang bagi anak-anak dapat memanfaatkan waktu sepulang sekolah sehingga anak-anak tidak terlibat dipertanian tembakau,”terangnya.
Berdasarkan kehadiran anak pada bulan Desember 2018, dari target yang ditetapkan adalah 2.800 anak maka realisasinya adalah 3.406 anak, yang terdiri dari anak petani binaan sebanyak 241 anak, buruh tani 1.044 anak dan anak dari komunitas sebanyak 2.121 anak. Selain itu saat dilakukan evaluasi apakah kegiatan Rumah Pintar membawa perubahan keterlibatan anak dipertanian tembakau, diperoleh hasil terjadi penurunan dari 53 anak menjadi 23 anak.
“Jika dilihat dari anak yang berasal dari petani binaan dan buruh tani tembakau maka terjadi penurunan keterlibatan anak dipertanian tembakau dari 33 anak menjadi 6 anak,”imbuhnya.
Berdasarkan hasil tersebut, Koalisi KPI Wilayah Provinsi NTB, merasa perlu untuk adanya buku pegangan atau modul yang dapat dipergunakan untuk tutor atau pengajar dengan menggunakan metode belajar yang inovatif dan mudah dipraktekkan. Selain itu KPI wilayah NTB juga mempunyai pemikiran bahwa kecerdasan anak juga harus diimbangi dengan pengetahuan tentang hak-hak anak.
“Sehingga kecerdasan tidak hanya pada konteks pengetahuan akan ilmu terapan dan ketrampilan tetapi juga pengetahuan akan hak-hak anak dan dapat mendukung kesuksesan program Rumah Pintar dalam upaya mengurangi keterlibatan anak dipertanian tembakau,”jelas Selly.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka KPI berencana dan mengajukan untuk melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan modul belajar anak yang mengintegrasikan antara ilmu terapan, skill seperti Bahasa inggris, Matematika dan hak-hak anak.
“Tujua kegiatan ini, agar adanya sebuah metode belajar yang inovatif dan mudah digunakan sebagai media belajar yang diintegrasikan dengan pengetahuan akan hak-hak anak,”ungkapnya.
Adapun Output yang ingin dicapai, dihasilkannya modul pembelajaran yang inovatif dan mudah digunakan sebagai media belajar yang diintegrasikan dengan pengetahuan akan hak-hak anak yang dilakukan dalam bentuk Workshop, yang akan diikuti oleh 44 orang peserta.
“Modul ini akan di uji coba ke anak2 di rumah pintar, dan akan ada evaluasi dalam bentuk cerdas cermat. Sehingga tujuan Rumah pintar agar anak2 tdk bekerja ” Stop Pekerja Anak” bisa tercapai. Tutup Selly Sembiring. (ding)